Jumat, 12 Desember 2014

Winter in my heart (part 2)

Satu minggu lagi malam natal tiba dan merayakan malam natal bersama seseorang yang sangat istimewa pastinya sangat menyenangkan apa lagi melihat salju pertama turun. Aku berharap malam natal kali ini tidak membosankan dan aku bisa melhat salju pertama turun. Aku masih berharap bisa menghabiskan malam natal bersama Kazu tetapi nyatanya tidak. Kazu pergi bersama gadis itu, gadis itu bernama Yuri.

”Kazu, apakah saat malam natal nanti kau ada acara?”

“Kenapa memangnya?”

“Aku ingin kau menemani ku menonton sebuah pertunjukkan, apa kau bisa?”

“Maaf Keiko aku tidak bisa, aku sudah ada janji dengan Yuri untuk makan malam bersama saat malam natal nanti”

 Aku sudah ada janji dengan Yuri untuk makan malam bersama saat malam natal nanti. Kata-kata itu membuatku membeku, seketika aku merasa lemas, seakan seluruh tenaga ini terserap keluar dan yang tersisa adalah nyeri di dada. Kazu akan pergi bersama gadis itu, bodoh sekali aku berharap Kazu akan menemaniku saat malam natal nanti.

“Keiko kau tidak apa-apa?”

Suara Kazuto menyeretku kembali dari lamunanku .

“Oh itu” ucapku ragu “jadi kau sudah ada janji ya, baiklah tidak apa-apa” jawab ku sambil memaksakan diri untuk tersenyum.

Aku duduk termenung didepan TV yang saat itu sedang menampilkan acara komedi, tatapan ku kosong. Sementara orang-orang di TV tertawa terbahak-bahak, aku tetap diam mematung.

            Aku sudah ada janji dengan Yuri untuk makan malam bersama saat malam natal nanti

Entah sudah berapa kali kalimat itu terus begema di dalam otakku. Aku tidak bisa menghentikannya meskipun sudah berusaha keras. Tiba-tiba sebutir air mata jatuh bergulir dipipi. Aku tersentak dan cepat-cepat menghapus air mata itu dengan punggung tangan. Kenapa tiba-tiba menangis?

            Namun ucapana Kazu memang sempat membuatku berhenti bernapas beberapa 
detik. Aku hanya bisa menatap Kazu tanpa berkedip, berharap diriku salah dengar. Merasa kalah, aku mengembuskan napas berat. Apa yang bisa kulakukan sekarang? Kesadaran yang tiba-tiba menerjangku membuat air mata jatuh lagi dan buru-buru menghapusnya. Tetapi kali ini air mata ku tidak mau berhenti. Kesadaran itu menggerogoti hati yang terasa begitu nyeri. Kesadaran bahwa aku sudah terlambat. Kesadaran bahwa aku akan kehilangan Kazuto.

             Seberapa lama aku akan menunggu Kazu dan seberapa lama aku akan sadar bahawa Kazu tidak pernah melihatku disini. Sambil berjalan aku terus memikirkan itu sampai akhirnya aku berhenti dan melihat sekelilingku. “Dimana ini?” tanyaku pada diri sendiri, ternyata aku berada di stasiun Shibuya dan aku berdiri tepat didepan patung Hachiko. Kalian tau Hachiko? Anjing yang setia menunggu tuannya sampai dia mati. Apakah aku bisa seperti Hachiko? Maksudku bisa setia menunggu hingga 9 sampai 10 tahun lamanya lalu mati. Konyol skali aku berfikir seperti itu, tapi aku salut dengan kesetian Hachiko. Setelah bebeapa lama memandangi patung Hachiko akhirnya aku memasuki stasiun dan menaiki kereta unuk pulang ke apartemen kecil yang ku tempati. Ini sudah larut malam dan diluar sini sangat dingin sekali. Saat tiba didepan gedung apartemen aku melihat Kazu dan Yuri turun dari sedan putih milik Kazu. Mereka berhenti didepan Yatai (warung makan pinggir jalan) yang ada didekat apartemen ku. Kazu mengajak Yuri berbicara lalu Yuri tertawa geli dan Kazu pun ikut tertawa kemudian mereka masuk kedalam Yatai. Dada ini sesak sekali sangat sesak sampai sulit sekali untuk bernapas, kenapa aku harus melihat mereka bersama, kenapa?.

Kazu tidak pernah benar-benar melihatmu Keiko

Hari ini adalah malam natal semua orang keluar bersama keluarga, kerabat, teman dan pasangannya masing-masing. Aku termenung di dalam apartemenku, memikirkan tentang perasaanku terhadap Kazu. Untuk  apa aku terus menunggu jika Kazu sedikit pun tidak pernah melihat ku, untuk apa aku menunggu jika Kazu sudah bersama Yuri sekarang, untuk apa aku menunggu sesuatu yang tidak pasti seperti ini. Aku hanya menyakiti diriku sendiri, semakin aku bertahan semakin sakit, yang awalnya hanya nyeri di hati ini lama kelamaan menjadi mati rasa. Aku tidak dapat menyalahkan Kazu karna memang dia tidak salah, aku lah yang salah terlalu bodoh untuk menunggunya, menunggu Kazu melepaskan Yuri dan melihatku disini.

Aku pergi untuk sekedar berjalan-jalan melihat ramainya kota Tokyo di malam natal. Langkahku terhenti. Aku melihat Kazu dan Yuri sedang berbicara, baru saja aku ingin menyapa dan menghampiri mereka tiba-tiba “Orang yang selalu membuatku bahagia adalah kau Kazuto” ucap Yuri. Kalimat itu membuatku membeku dan kata-kata sapaan yang sudah akan meluncur dari lidah tercekat. Mereka tidak tahu bahwa aku ada didekat mereka dan aku masih terdiam membeku. Suara Yuri terdengar lagi “segalanya tidak sama kalau kau tidak ada. Dan aku baru sadar aku… aku…” jeda sesaat, lalu, “…membutuhkanmu”. Aku tidak bisa bergerak. Mataku beralih ke Kazuto yang masih tetap diam. “Kazu jangan diam saja katakan sesuatu” suara Yuri yang gugup terdengar lagi. Tiba-tiba aku mendapati diriku bertanya-tanya apakah aku ingin mendengar apa yang akan Kazuto katakan. Ya… tidak… ya… tidak… tetapi sebelum aku menetapkan pendirian, aku melihat Kazuto berjalan pelan kearah Yuri. Ia meraih tangan Yuri dan menariknya kedalam pelukan.

            Napas ku tertahan di tenggorokan. Mataku terpaku pada Kazuto yang memeluk Yuri erat-erat dan membelai kepalanya. Itu bukan pelukan sambil lalu. Bukan juga pelukan bersahabat. Itu pelukan dalam arti sebenarnya. Pelukan yang diberikan kepada orang yang dicintai. Saat itu juga aku merasa nyeri kemudian sesak dan dingin di hati. Aku pergi meninggalkan mereka, apa ini kenapa sesak sekali. Rasanya aku memang harus melupakan Kazuto sebelum aku makin menyakiti diriku sendiri.

Terimakasih Kazu kau telah membuat hari-hari ku begitu menyenangkan walaupun hanya aku yang merasakan, kau membuat hariku penuh dengan nada-nada baru, kau buat hariku semakin berwarna, kau buat ku semakin bersemangat disaat ku lelah tapi sekarang aku sadar itu hanya pikiran ku saja. Aku sadar kau hanya tidak enak padaku, sedih sekali memang yang tadinya hati ini selalu senang disetiap kehadiranmu sekarang sudah tidak lagi, kurasa musim dingin telah tiba bukan hanya di Tokyo namun  dihatiku juga, hanya dingin yang ku rasa sekarang.

Aku mendongakkan kepala dan salju pertama melayang turun mengenai pipi. Aku mengerjap-ngerejapakn mata. Salju turun pada malam Natal! Aku mendapatkan kesan bahwa Natal kali ini akan menjadi Natal yang paling menyedihkan.







Terimakasih sudah membaca maaf bila ada kesalahan atau kesamaan tokoh, cerita dan lain-lain

0 komentar:

Posting Komentar