Satu minggu lagi malam
natal tiba dan merayakan malam natal bersama seseorang yang sangat istimewa
pastinya sangat menyenangkan apa lagi melihat salju pertama turun. Aku berharap
malam natal kali ini tidak membosankan dan aku bisa melhat salju pertama turun.
Aku masih berharap bisa menghabiskan malam natal bersama Kazu tetapi nyatanya
tidak. Kazu pergi bersama gadis itu, gadis itu bernama Yuri.
”Kazu, apakah saat
malam natal nanti kau ada acara?”
“Kenapa memangnya?”
“Aku ingin kau menemani
ku menonton sebuah pertunjukkan, apa kau bisa?”
“Maaf Keiko aku tidak
bisa, aku sudah ada janji dengan Yuri untuk makan malam bersama saat malam
natal nanti”
Aku
sudah ada janji dengan Yuri untuk makan malam bersama saat malam natal nanti.
Kata-kata itu membuatku membeku, seketika aku merasa lemas, seakan seluruh
tenaga ini terserap keluar dan yang tersisa adalah nyeri di dada. Kazu akan
pergi bersama gadis itu, bodoh sekali aku berharap Kazu akan menemaniku saat
malam natal nanti.
“Keiko kau tidak
apa-apa?”
Suara Kazuto menyeretku
kembali dari lamunanku .
“Oh itu” ucapku ragu
“jadi kau sudah ada janji ya, baiklah tidak apa-apa” jawab ku sambil memaksakan
diri untuk tersenyum.
Aku
duduk termenung didepan TV yang saat itu sedang menampilkan acara komedi,
tatapan ku kosong. Sementara orang-orang di TV tertawa terbahak-bahak, aku
tetap diam mematung.
Aku
sudah ada janji dengan Yuri untuk makan malam bersama saat malam natal nanti
Entah
sudah berapa kali kalimat itu terus begema di dalam otakku. Aku tidak bisa
menghentikannya meskipun sudah berusaha keras. Tiba-tiba sebutir air mata jatuh
bergulir dipipi. Aku tersentak dan cepat-cepat menghapus air mata itu dengan
punggung tangan. Kenapa tiba-tiba menangis?
Namun ucapana Kazu memang sempat membuatku berhenti
bernapas beberapa
detik. Aku hanya bisa menatap Kazu tanpa berkedip, berharap
diriku salah dengar. Merasa kalah, aku mengembuskan napas berat. Apa yang bisa
kulakukan sekarang? Kesadaran yang tiba-tiba menerjangku membuat air mata jatuh
lagi dan buru-buru menghapusnya. Tetapi kali ini air mata ku tidak mau
berhenti. Kesadaran itu menggerogoti hati yang terasa begitu nyeri. Kesadaran
bahwa aku sudah terlambat. Kesadaran bahwa aku akan kehilangan Kazuto.
Seberapa lama aku
akan menunggu Kazu dan seberapa lama aku akan sadar bahawa Kazu tidak pernah
melihatku disini. Sambil berjalan aku terus memikirkan itu sampai akhirnya aku
berhenti dan melihat sekelilingku. “Dimana ini?” tanyaku pada diri sendiri,
ternyata aku berada di stasiun Shibuya dan aku berdiri tepat didepan patung
Hachiko. Kalian tau Hachiko? Anjing yang setia menunggu tuannya sampai dia
mati. Apakah aku bisa seperti Hachiko? Maksudku bisa setia menunggu hingga 9
sampai 10 tahun lamanya lalu mati. Konyol skali aku berfikir seperti itu, tapi
aku salut dengan kesetian Hachiko. Setelah bebeapa lama memandangi patung
Hachiko akhirnya aku memasuki stasiun dan menaiki kereta unuk pulang ke
apartemen kecil yang ku tempati. Ini sudah larut malam dan diluar sini sangat
dingin sekali. Saat tiba didepan gedung apartemen aku melihat Kazu dan Yuri
turun dari sedan putih milik Kazu. Mereka berhenti didepan Yatai (warung makan
pinggir jalan) yang ada didekat apartemen ku. Kazu mengajak Yuri berbicara lalu
Yuri tertawa geli dan Kazu pun ikut tertawa kemudian mereka masuk kedalam
Yatai. Dada ini sesak sekali sangat sesak sampai sulit sekali untuk bernapas,
kenapa aku harus melihat mereka bersama, kenapa?.
Kazu
tidak pernah benar-benar melihatmu Keiko
Hari ini adalah malam
natal semua orang keluar bersama keluarga, kerabat, teman dan pasangannya
masing-masing. Aku termenung di dalam apartemenku, memikirkan tentang
perasaanku terhadap Kazu. Untuk apa aku
terus menunggu jika Kazu sedikit pun tidak pernah melihat ku, untuk apa aku
menunggu jika Kazu sudah bersama Yuri sekarang, untuk apa aku menunggu sesuatu
yang tidak pasti seperti ini. Aku hanya menyakiti diriku sendiri, semakin aku bertahan
semakin sakit, yang awalnya hanya nyeri di hati ini lama kelamaan menjadi mati
rasa. Aku tidak dapat menyalahkan Kazu karna memang dia tidak salah, aku lah
yang salah terlalu bodoh untuk menunggunya, menunggu Kazu melepaskan Yuri dan
melihatku disini.
Aku
pergi untuk sekedar berjalan-jalan melihat ramainya kota Tokyo di malam natal.
Langkahku terhenti. Aku melihat Kazu dan Yuri sedang berbicara, baru saja aku
ingin menyapa dan menghampiri mereka tiba-tiba “Orang yang selalu membuatku
bahagia adalah kau Kazuto” ucap Yuri. Kalimat itu membuatku membeku dan
kata-kata sapaan yang sudah akan meluncur dari lidah tercekat. Mereka tidak
tahu bahwa aku ada didekat mereka dan aku masih terdiam membeku. Suara Yuri
terdengar lagi “segalanya tidak sama kalau kau tidak ada. Dan aku baru sadar
aku… aku…” jeda sesaat, lalu, “…membutuhkanmu”. Aku tidak bisa bergerak. Mataku
beralih ke Kazuto yang masih tetap diam. “Kazu jangan diam saja katakan
sesuatu” suara Yuri yang gugup terdengar lagi. Tiba-tiba aku mendapati diriku
bertanya-tanya apakah aku ingin mendengar apa yang akan Kazuto katakan. Ya…
tidak… ya… tidak… tetapi sebelum aku menetapkan pendirian, aku melihat Kazuto
berjalan pelan kearah Yuri. Ia meraih tangan Yuri dan menariknya kedalam
pelukan.
Napas ku tertahan di tenggorokan.
Mataku terpaku pada Kazuto yang memeluk Yuri erat-erat dan membelai kepalanya.
Itu bukan pelukan sambil lalu. Bukan juga pelukan bersahabat. Itu pelukan dalam
arti sebenarnya. Pelukan yang diberikan kepada orang yang dicintai. Saat itu
juga aku merasa nyeri kemudian sesak dan dingin di hati. Aku pergi meninggalkan
mereka, apa ini kenapa sesak sekali. Rasanya aku memang harus melupakan Kazuto
sebelum aku makin menyakiti diriku sendiri.
Terimakasih Kazu kau telah membuat
hari-hari ku begitu menyenangkan walaupun hanya aku yang merasakan, kau membuat
hariku penuh dengan nada-nada baru, kau buat hariku semakin berwarna, kau buat
ku semakin bersemangat disaat ku lelah tapi sekarang aku sadar itu hanya
pikiran ku saja. Aku sadar kau hanya tidak enak padaku, sedih sekali memang
yang tadinya hati ini selalu senang disetiap kehadiranmu sekarang sudah tidak
lagi, kurasa musim dingin telah tiba bukan hanya di Tokyo namun dihatiku juga, hanya dingin yang ku rasa
sekarang.
Aku mendongakkan kepala dan salju
pertama melayang turun mengenai pipi. Aku mengerjap-ngerejapakn mata. Salju
turun pada malam Natal! Aku mendapatkan kesan bahwa Natal kali ini akan menjadi
Natal yang paling menyedihkan.
Terimakasih
sudah membaca maaf bila ada kesalahan atau kesamaan tokoh, cerita dan lain-lain
0 komentar:
Posting Komentar