Jumat, 26 Juni 2015

Menunggu


Aku tanpa mu disini bagaikan langit tanpa bintang. Hampir saja aku kehilangan keyakinanku karena langit begitu hampa. Mencoba terus bangkit namun masih terasa perih disini, aku tak tahu akan kah sanggup dengan semua yang terjadi. Aku mencoba nya sekali lagi, namun kau tak tergerak sedikit pun, semua berubah menjadi kenangan semu.

“Aku janji kita gak akan pernah berpisah”

“Tentu, aku yakin itu”

Teringat janji-janji dulu, kita tak kan pernah berpisah apapun yang terjadi. Sekarang itu hanya sebuah janji, kau tinggal kan aku disini bersama dengan butiran-butiran air mata ini. Goresan ini masih membekas jelas, lalu apa yang harus ku lakukan. Kau terus mengabaikan ku, kau mengabaikan cinta ku, kau ubah semuanya menjadi air mata.

Jika kau tak mengabaikan ku, saat ini dan seterusnya kita akan bersama, aku kan menjaga semuanya, menjaga mu, menjaga cinta kita dan akan ku simpan cinta ini.

Namun apakah cinta seperti ini?

seperti aku sekarang ini?

Nyatanya kita tak selamanya bersama, kau meninggalkan ku dan harus kah ku menunggumu kembali?

Apakah ini cinta?


Aku disini sendiri menunggu cinta ku kembali. 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Maaf jika masih ada kekurangan, FF(FlashFiction) ini dibuat sebagi latihan pertama kali membuat FF. Tema yang di ambil dari sebuah lagu Judika - Apakah ini Cinta. 

Syukur

“Kenapa bisa seperti ini, lalu bagaimana aku dapat melanjutkan hidup?”

“Tenang ini bukan akhir segalanya, sekarang kau hanya perlu tenang dan…”

“Diam! kau tidak merasakan apa yang aku rasakan. Kau masih sempurna dan aku cacat”

Kecelakaan itu membuat Nige menjadi putus asa untuk melanjutkan hidupnya. Ia tidak terima dengan apa yang ia alami sekarang.

“Aku ingin mati saja, mati, mati, mati!”

“Hentikan! Itu takkan membuatmu lebih baik, kau hanya akan lebih menyakiti tubuhnmu”

Terdiam dan menangis. Isak tangisnya memecah keheningan ruangan tersebut. Ku biarkan dia terus menangis agar merasa lebih baik.

“Kau tahu, aku pernah berada di suatu tempat, ditempat tersebut tidak semuanya ada.”

“Lalu?”

Aku mulai bercerita, membuat ia merasa lebih baik dan dapat menghadapi semua cobaan yang sedang ia alami. Ia terdiam mulai merenung, memikirkan apa yang aku ceritakan padanya.

“Jadi, gunung dan laut tidak pernah mengeluh dengan apa yang mereka alami?”

“Tentu. Memang kau pernah melihat gunung menangis atau laut tertawa?”

“Tidak pernah dan jika itu terjadi pasti sangat menyeramkan”

“Kau harus bersyukur karena kau masih bisa hidup walaupun kau kehilangan sebagian anggota tubuhmu”

“Seperti gunung yang tak memiliki air, yang selalu terkena teriknya sinar matahari dan laut yang tak memiliki tanah, yang selalu menggoda untuk berenang didalamnya”

“Kau juga harus seperti itu, jangan hiraukan apapun, jangan pernah mengeluh, tetaplah semangat untuk tetap hidup walaupun dengan kekurangan.”

Nige tersenyum dan mulai merapihkan diri, mengusap air matanya dan memelukku.


“Terimakasih banyak.” 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Maaf jika masih ada kekurangan, FF(FlashFiction) ini dibuat sebagi latihan pertama kali membuat FF. Tema yang di ambil dari sebuah lagu Payung Teduh - Cerita Tentang Gunung dan Laut. 

Selamat membaca^^

Selasa, 23 Juni 2015

Kisah yang Bercerita


Duduk bersila, diatas sebuah kasur bersama dengan bantal, guling dan boneka-boneka yang seketika mengelilingi seakan-akan ingin tahu apa yang sedang di kerjakan. Musik yang terdengar begitu mendayu-dayu tanda si pendengar sedang ingin membangun suasana nyaman dan damai didalam kerajaan yang suhunya lumayan membuat orang-orang ingin melakukan hibernasi panjang, ruangan yang di sebut kamar ini sudah sangat nyaman sekarang. Walaupun suaranya tak begitu merdu bahkan memang tidak merdu semerdu kicauan burung dipagi hari ia tetap saja bernyanyi mengikuti alunan lagu yang sedang diputar dan jarinya terus menari-nari diatas tombol-tombol huruf yang terus menghasilkan kata demi kata , kalimat demi kalimat dan menjadi sebuah cerita.

Tidak pernah tahu apa yang akan terjadi namun ia terus saja melakukannya. Berawal dari kegemarannya membaca, entah itu novel, cerpen atau blog seseorang. Tidak pernah terpikr, iya benar tidak pernah terpikir. sekarang ia jadi gemar menulis, hanya diawali dengan perasaan sedih dan kecewa kemudian di tuangkan kedalam tulisan kini tulisasnnya semakin banyak dan berkembang. Belum lagi saat dia mengikuti lomba jurnal yang diadakan oleh kampus ya walaupun hanya tingkat fakultas dan berhasil meraih juara 2.

Jarinya terus menari, entah kali ini apa yang ia ceritakan, kurang lebih cerita yang dibuatnya bergendre romance atau kisah lika-liku cinta remaja, mungkin kali ini ia akan menuliskan cerita yang baru. Seketika jarinya terhenti, ia terdiam memandang tulisannya yang sudah hampir mengisi satu halaman lalu tersenyum kecil dan menarik nafas panjang. Ia pindahkan pointernya kesebuah folder, dibukanya folder tersebut dan munculah banyak foto. Foto seorang laki-laki dan perempuan. Dilihatnya foto pertama, perempuan berkerudung biru beserta balon merah dan seorang laki-laki dibelakangnya, menampilkan ekspresi terlucu dan terbaik mereka kearah kamera. Ia tersenyum lebar memandangi foto tersebut tak lama foto berganti kembali, masih dengan orang yang sama namun dengan ekspresi dan lokasi yang berbeda. Setelah melihat foto-foto tadi ia kembali kelayar sebelumnya untuk melanjutkan ceritanya.

Siapa laki-laki difoto tadi? Apakah kakaknya? Atau kekasihnya? Mereka begitu dekat, sangat dekat seakan mereka sudah lama bersama dan selalu menghabiskan waktu bersama. Lalu mengapa ia berhenti bercerita hanya untuk melihat foto-foto tadi? Ah aku tahu sekaramg, ia sering menceritakannya padaku. Laki-laki tadi adalah kekasihnya. Ia selalu memandang kekasihnya secara langsung maupun hanya dari foto seperti tadi. Baginya kekasihnya adalah sumber inspirasi dan penyemangat tersendiri untuknya. Ia sering mengatakan “dia seperti doppingan khusus bagiku, disaat aku merasa buntu untuk melakukan apapun yang kubutuhkan hanya melihatnya, ya benar, hanya dengan melihatnya dan ia tak perlu melakukan apapun.”

Menulis adalah hal yang baru baginya, tadinya ia mengira tidak akan pernah membuat banyak cerita tetapi salah, ia sudah membuat banyak sekali cerita sampai saat ini untuk seukuran pemula sepertinya. Ditambah lagi dukungan dari keluarga, sahabat dan tentunya kekasih tercinta membuatnya makin bersemangat untuk terus menulis dan belajar menjadi penulis yang lebih baik lagi. Memang ia belum serutin penulis-penulis handal yang hampir setiap hari mendapatkan ide untuk membuat sebuah cerita namun aku senang tiap kali ia mulai membuka laptop dan jarinya menari diatas tombol-tombol huruf itu dan mulai tersenyum sendiri setiap ada cerita yang lucu dan mulai meneteskan air mata jika alur cerita menjadi sedih. Walaupun bermasalah dengan pemiliha kata namun aku selalu senang melihatnya. Setelah selesai mengetik ia akan membacanya berkali-kali, berulang kali, hingga setiap hari untuk menemukan kata atau kalimat yang kurang enak dilihat atau dibaca. Setelah ceritanya selesai ia akan mengepost ceritanya dan membiarkan semua mata dan perasaan menikmati suguhannya tersebut.

Cerita yang dituliskan selalu kisah pribadinya yang ia ganti nama tokoh dan latar tempat. Karena kecintaannya terhadap Jepang sungguh luar biasa ia selalu menggunakan latar tempat yaitu kota-kota atau tempat wisata di Jepang. Begitu juga dengan nama-nama tokoh yang ia ubah menjadi nama-nama seperti orang Jepang atau animasi Jepang. Belum pernah sama sekali menginjakan kaki di negeri sakura tersebut namun jika kalian membaca ceritanya, kalian akan merasa berada disana bersamanya didalam cerita yang berlatarkan kota Tokyo dan seluruh suasana yang ada disana.
Kalian tahu, aku berharap dia bisa menjadi seorang penulis atau apapun itu. Karena aku sangat senang saat ia mulai bercerita tentang segalanya, aku sangat senang ketika ia mulai menggunakan pemilihan kata yang tinggi, aku sangat senang ketika jarinya begitu cepat membuat satu paragraf, aku sangat senang bisa melihatnya begitu dekat bahkan sangat dekat.

Kau akan selalu seperti itu dan seperti itu, ikuti kata hatimu jangan pernah berubah haluan karna pengaruh lingkungan mu, kecuali kau berubah menjadi yang lebih baik aku akan semakin senang. Pergilah sejauh mungkin, beranikan diri mengambil resiko terbesarmu, cobalah terus hal baru, karena disaat kau sudah merasakan semuanya kau akan kembali padaku, menceritakan semua pengalaman mu dan itu lah hal yang paling aku nantikan sepanjang waktu.

Aku yang selalu menantikan suguhan mu yang penuh rasa dan penuh warna.


Aku adalah kisahmu yang selalu menyimak ceritamu dan menceritakn ceritamu pada semua mata, telinga dan perasaan. 

Selasa, 02 Juni 2015

One More Time, One More Chance (part 2)

Kereta mulai bergerak, tak lama aku tiba di stasiun Tochigi, disini sudah sangat sepi tidak ada yang berlalu lalang lagi. Apakah Akari masih menunggu di ruang tunggu? Kurasa tidak. Saat aku menuju ruang tunggu disana aku melihatnya, seorang gadis tengah duduk sendirian disana dan aku tahu siapa gadis itu, senyum muncul di wajahku, aku senang Akari masih disini dan baik-baik saja. Aku menghampirinya dan ia menatapku, tak lama ia menggenggam tanganku dan menundukan kepalanya. Kami menangis, menangis bersama, menangis bahagia karena akhirnya kami bisa bertemu kembali. Aku duduk disampingnya, Akari sudah menyiapkan makanan untukku, senang sekali rasanya karena aku sangat lapar. Sambil menyantap makanan kami berdua asik berbicara. “stasiun akan segera ditutup, diluar sedang turun salju, kalian berhati-hatilah” penjaga stasiun mengingatkan kami. “baiklah, terimakasih” jawab kami bersamaan.

            Kami pun mulai meninggalkan stasiun berjalan diatas selimut salju yang sangat tebal. Akari membawaku kesebuah pohon sakura yang sering ia lihat saat musim semi. Bersama-sama kami melihat pohon sakura itu dan tiba-tiba membawa kami pada ingatan masa lalu. “hey, bukankah ini…menyerupai salju?” ucap Akari. “ya benar” jawabku. Kami saling menatap dan tersenyum…
Saat ini, tempat kebadian, hati dan jiwa menjadi jelas bagiku.
Seakan-akan aku mengerti segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku sejak delapan belas tahun terakhir, dan… waktu yang akan datang.
Aku menjadi sangat-sangat… pedih
Kehangatan Akari, jiwanya, bagaimana aku akan memperlakukannya, akan kubawa kemana? Itu adalah sesuatu yang tidak kuketahui bahwa kami tidak dapat bersama selamanya setelah ini adalah kenyataan yang jelas-jelas terpampang
Kehidupan luas yang terbentang, waktu yang tak terbatas tak terelakan membentang di depan kita. Tapi… kegelisahan yang kualami segera meleleh dan setelah itu hanya kehangatan bibir Akari yang tersisa

            Setelah itu kami tinggal disebuah gudang kecil disamping tanah lapang, saling berbagi selimut dan certita tak terasa kami pun terlelap. Di pagi hari, aku segera menuju stasiun untuk naik kereta yang mulai beroperasi lagi. Aku dan Akari berpisah, aku tak memberikan surat itu pada Akari.

“Takaki” panggil Akari

“uhm..”

“Takaki, kau akan….” Akari tak menyelesaikan kalimatnya

“ya?”

“Takaki, kau akan baik-baik saja dari sekarang, aku yakin hal itu!” ucap Akari sambil tersenyum

“terimakasih” jawabku masih tak percaya

Pintu kereta api mulai tertutup.
Lalu aku segara berbicara kepada Akari walau pintu sudah tertutup
“Akari, kamu juga, baik-baiklah! Kami akan berkirim surat… dan menelpon juga…!”

Hanya itu yang bisa aku sampaikan padanya, walaupun aku tahu bahwa kami tidak mungkin bersama karena aku yang selalu penuh dengan keragu-raguan. Andai aku mempunyai banyak waktu atau andai aku dapat mengulang waktu aku akan merubah semuanya, andai... aku memiliki kesempatan sekali lagi. Aku hanya berdoa supaya diberi kekuatan untuk menjaganya. Hanya memikirkan hal itu, seperti biasanya aku melanjutkan melihat pemandangan diluar jendela.


Isi surat yang ku tulis untuk Akari.

Kemarin, aku bermimpi
Sebuah impian yang terjadi di waktu lalu
Dalam mimpi itu kita belum mengetahui perasaan satu sama lain
Kita berada di daerah yang luas yang tertutup salju
Lampu-lampu rumah menyebar di kejauhan, pemandangan yang mempesona
Kita berjalan dikarpet salju yang tebal, tapi tidak meninggalkan jejak sedikitpun
Dan seperti itu
“suatu hari, kita akan melihat bersama bunga sakura mekar lagi”
Kita berdua, tanpa keraguan sedikitpun

Itu yang kita pikir 

One More Time, One More Chance (part 1)


Kita sudah sangat dekat dan selalu bersama, apakah perasaanmu sama denganku atau hanya aku seorang diri yang merasakannya? Perasaan ini semakin kuat ketika kau berkata padaku bahwa kita tidak bisa berada di universitas yang sama. Kau menangis mengadu padaku namun apa daya aku tidak bisa menahanmu untuk pergi, aku yang saat itu sangatlah payah, yang tidak berani mengungkapkan segalanya padamu dan pada akhirnya kita harus berpisah. Kau meninggalkan ku dengan semua perasaan ini, perasaan yang masih tersusun rapih di hati.

Satu tahun berlalu semenjak kepergianmu, aku masih disini bersama kenangan kita yang dulu. Masih ku ingat ketika kita selalu pulang bersama dan melihat dua ekor anak kucing yang berada dibawah pohon saling bercanda gurau. Melihat bunga sakura yang berguguran dan makan ice cream bersama. Apa kabar kau disana, semoga kau baik-baik saja, aku masih disini menunggu kedatangan mu lagi dan kali ini aku akan mengungkapkan semuanya pada mu agar aku tidak kehilangan mu lagi.

Sesampainya dirumah aku melihat kotak surat ku terisi. Aku menghampiri dan mengambil semua surat yang ada. Setelah masuk kedalam rumah dan memastikan pintu terkunci, aku segera duduk dan mulai melihat surat-surat itu. “seperti biasa…” gumamku. Tanganku terhenti dan mataku tak percaya dengan apa yang ku lihat. Surat ditanganku ini, surat dengan amplop berwarna merah muda, betuliskan From : Akari . To : Takaki. Surat ini dari Akari, Akari kau mengirm surat padaku.

Salam Takaki, aku sangat menyesal tidak menghubungimu sementara waktu. Panas sekali musim panas disini tapi masih lebih dingin dibandingkan Tokyo. Tapi memikirkan itu, aku lebih suka musim panas yang gerah di Tokyo. Aspal yang terlihat seakan-akan meleleh, gemerlap gedung-gedung pencakar langit di kejauhan dan AC yang terlalu dingin di pusat perbelanjaan dan kereta bawah tanah. Terakhir kita bertemu di upacara perpisahan sekolah menengah atas… sudah satu tahun sejak saat itu.  Hey Takaki, masihkah kau ingat diriku?

Itu adalah isi surat pertama dari Akari, aku sangat senang akhirnya dia memberi kabar padaku, aku sangat merindukannya. Setelah surat pertama itu kami saling membalas surat sampai akhirnya kami memutuskan untuk bertemu. Untuk pertama kalinya setelah satu tahun, aku akan bertemu kembali dengan Akari.

Salam Takaki, aku sangat senang bahwa kita akan bertemu. Bukankah ini akan menjadi perjalanan yang panjang untukmu, aku harap kau berhati-hati. Aku akan kirim kan petunjuk padamu agar kau tidak kesulitan nanti. Aku akan menunggumu diruang tunggu stasiun pada pukul 7.

          Hari ini adalah hari dimana aku dan Akari akan bertemu. Salju mulai turun saat aku mulai berangkat dari stasiun pertama. Aku sangat tak sabar ingin bertemu dengannya. Sepanjang perjalanan selalu terlintas ingatan masa lalu kami. Aku dan Akari sudah saling kenal sejak duduk dibangku sekolah dasar, kami selalu berada diperpustakaan dari pada ditempat bermain, kami yang masih kecil dan sakit-sakitan pada waktu itu. Karena hal iu kami selalu digoda oleh teman-teman tetapi saat kami bersama semua berlalu begitu saja. Jantungku berdegup kencang, pipiku terasa panas, hari ini aku akan bertemu dengan Akari.

            Di terminal stasiun transfer, mulai ramai dengan orang-orang yang pulang ke rumah sehabis kerja, sepatu setiap orang basah karena terkena air dari salju. Udaranya menghembuskan bau yang khas dari musim salju di kota, dan dingin. Dingin, dingin sekali dan aku sudah mulai lapar tetapi aku hanya membawa uang secukupnya untuk naik kereta. Aku harus bertahan, aku harus kuat menahan dingin dan lapar ini agar aku dapat bertemu dan melihat Akari.


             Kereta berhenti akibat badai salju, sudah dua jam berlalu tanpa suara sedikit pun. Aku melihat jam, sudah menunjukan pukul setengah 9. Apakah Akari masih disana menunggu? Ini sudah lewat dari jam 7. Aku mengeluarkan surat yang akan ku berikan pada Akari. Aku melihat surat itu lagi, apakah aku akan memberikannya atau tidak perlu? Ah aku mulai putus asa, putus asa dengan kereta yang tak kunujung bergerak dan dengan semua perasaanku pada Akari. Waktu seakan mempunyai niat jahat, perlahan-lahan menjauhkanku. Aku mulai menggrtakkan gigi dan menjaga agar tak menangis adalah satu-satunya yang dapat ku lakukan. ”Akari… Tolong… Segera… kembali… Segeralah kembali kerumah!”