Akira
menyukaimu. Kau tidak pernah menyadarinya atau kau tidak mau mengakuinya?
Bukan tidak
menyadarinya, belakangan ini memang banyak perubahan dari Akira dan menurutku
itu bukan perubahan yang harus diperhatikan dan dipikirkan. Tapi apa maksud Rin
“atau kau tidak mau mengakuinya?”.
Setelah percakapan dengan Rin saat itu membuatku menjadi
pusing. Aku masih tidak mengerti apa yang dia pikirkan. Tetapi perkataan Rin kepadaku
tidak membuatku berhenti berhubungan dengan Akira. Semakin jelas Akira
menunjukkan semuanya kepadaku tetapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Jika
memang benar Akira menyayangiku lalu bagaimana perasaannya disaat Ken sedang
bersama ku? Astaga. Jahat sekali diriku ini. Lalu kenapa aku tidak menjaga
jarak saja dengan Akira dan tetap menunggu Ken? Apa mungkin? Tidak!
Aku memang menunggu Ken
selalu menunggu. Sampai akhirnya aku tidak menyadari kedatangan Akira disaat
aku lelah menunggu Ken. Lalu… Astaga, sekarang aku mengerti apa yang di maksud
oleh Rin. Aku memang selalu menyadari jika Akira menyukaiku tapi aku tidak
ingin berlebihan menanggapinya karena dia sahabatku dan aku tidak mau
mengakuinya karena…aku takut terlalu dalam nyaman bersama Akira. Tidak mungkin!
Tidak Tidak Tidak. Akira adalah sahabatku dan perasaanku pun masih sama
terhadap Ken. Bagaimana ini?
Semua berjalan seperti biasanya. Semua mengalir apa
adanya. Aku tidak bisa menjaga jarak dengan Akira dan itu tidak mungkin
terjadi. Sabtu sore, aku memang sudah berjanji pada Rin untuk mampir kerumahnya
untuk mengambil buah tangan (oleh-oleh).
“Bagaimana?” Tanya Rin
tiba-tiba
“Apanya yang
bagaimana?”
“Kau sudah
menyadarinya?”
“Menyadari apa?”
“Akira”
“oh uhmm. Ya”
“Lalu?”
“Apa?”
“Astaga Luna, lalu
bagaimana pilihanmu? Kau ingin bersama Akira atau menunggu Ken”
“Menunggu Ken”
“Hah? Apa?”
“Aku akan terus
menunggu Ken”
“Luna kau ini…..”
“Jangan salah kan Ken,
aku yang bodoh ingin menunggunya.”
“kau tidak pernah
berubah, kau selalu seperti itu jika sudah menyayangi seseorang. Kau selalu menyakiti dirimu sendiri. Betapa beruntungnya orang yang kau sayang tapi ia
tidak bisa membalas menyayangimu, itu tidak adil Luna.”
“Hheemmm”
“Pikirkan sekali lagi
Luna, Akira menyayangimu dan aku tau kau juga menyayanginya walaupun mungkin…
ya mungkin tidak lebih dari seorang sahabat. Tapi pasti kau bisa menyayangi
Akira seperti kau menyayangi Ken”
“Oh iya aku ingin
melihat foto saat kau di Thailand, pasti menyenangkan sekali bukan”
“Ah kau ini… baiklah”
Itu adalah cara
satu-satunya agar Rin tidak terus-menerus membahas tentang Akira.
Dimana dia? Aku sudah mengelilingi gedung universitas
tetapi belum juga menemukan Akira. Ah itu dia. Dia sedang duduk sambil menulis.
Tetapi menulis apa? Sepertinya bukan sedang mengerjakan tugas. Aku menghampiri
Akira yang saat itu sedang serius-seriusnya menulis hingga tidak menyadari
kehadiranku. Aku mengintip sedikit ke kertas yang sedang ditulisnya. “Kamu dan aku menjadi kita”. Hanya
kalimat itu yang bisa kulihat saat itu sisanya tidak. Apa maksud tulisan itu?
Akira menengok ke arah ku dan segera menyembunyikan kertas itu.
“hai Luna, aku tidak
tau kau ada disini”
“hai, ya kau begitu
serius hingga tidak menyadarinya”
“sudah lama?”
“apa?”
“kau sudah lama ada
disini?”
“ohh, tidak, tidak, aku
baru saja sampai”
Akira menghembuskan
napas berat dan mengelus-ngelus dadanya.
“kau kenapa?”
“oh itu uuuhhmmm tidak,
tidak, tidak apa-apa hehehe”
“Aku belum melihat Ken
hari ini, kau sudah melihatnya belum?”
“belum”
“Dimana ya dia?”
“tidak tahu” .
“Kau ini kenapa sih?”
“Tidak apa-apa. Aku
haus. Aku pergi dulu ya”
Dan Akira meninggalkan
ku sendiri. Akira sering sekali seperti itu jika aku mulai menanyakan atau
membahas Ken.
0 komentar:
Posting Komentar