Selasa, 08 September 2015

Matahari Terbenam (Part 2)


Dua tahun berlalu, aku sudah tidak memikirkan kejadian saat itu. Sekarang hanya aku seorang diri yang terus menata hidup agar menjadi lebih baik. Hari ini pekerjaanku sudah selesai dan besok adalah akhir pekan, sudah lama sekali aku tidak melihat matahari terbenam ditempat itu. Akhirnya aku bergegas menuju kesana. Seperti dulu ditemani secangkir kopi dan menikmati hembusan angin yang lembut aku menunggu matahari terbenam.

“Cynthia.”

“Oh, Hai Wiliam.”

“Boleh aku duduk?”

“Tentu.”

“Apa kabar mu?”

“Aku baik, seperti yang kau lihat. Bagaimana dengan mu?”

“Sama seperti mu.”

“Dimana Linda? Kau tak bersamanya?”

“Dia pergi…”

“Maaf aku tidak bermaksud membaut mu sedih.”

“Oh tidak, aku tidak sedih, aku senang jika ia pergi.”

“Oh begitu.”

“Kau tidak ingin tahu?”

“Untuk apa? Tidak ada urusannya dengan ku. Tapi jika kau ingin bercerita aku akan menjadi pendengar yang baik.”

“Linda tidak benar-benar mencintaiku, dia hanya ingin harta yang ku miliki dan ia menyukai teman ku. Dia bahkan tidak pernah memperhatikan ku sedikitpun, selalu aku yang harus menuruti kemauannya.”

“Aku ikut sedih mendengarnya.”

“Cynthia, aku menyesal telah meninggalkan mu dan memilih Linda. Setelah Linda pergi aku baru sadar bahwa kau yang benar-benar tulus pada ku bahkan aku sangat merindukan mu. Aku ingat saat kau rewel bertanya aku diamana, aku ingat saat kau memarahi ku karena aku suka melihat perempuan lain, aku ingat saat kau menyuruh ku makan dan mengirim pesan berkali-kali agar aku makan, secara fisik kau memang tidak secantik Linda namun ternyata hal itu tidak penting, yang penting adalah hatimu, kau sangat cantik karena hatimu dan cintamu yang tulus dan aku merindukan semua itu. Cynthia, maafkan aku.”

“Wil, sebelum kau meminta maaf aku sudah memaafkan mu.”

“Terimakasih banyak, apakah kau masih sendiri?”

“Memangnya kenapa?”

“Bisa kah kita seperti dulu lagi?”

“Uuhhmm, entahlah Wil. Rasa sakit itu masih membekas.”

“Aku mengerti, tapi aku akan tetap berusaha agar kita bisa seperti dulu.”

Bersamaan dengan perkataan Wiliam matahari pun terbenam. Aku tidak tahu harus berbuat apa dengan yang ditanyakan olehnya.

Malam harinya aku berpikir jika aku bersama lagi dengan Wiliam apakah dia akan mengulangi hal yang sama. Aku mengirimkan pesan singkat padanya malam itu juga.

“aku mencintaimu
 setabah embun
 menggantung
 ujung daun

 aku mencintaimu
 sesetia mentari
 bersinar
 pagi hari

 aku mencintaimu
 seperkasa karang
 menentang
 lautan

 aku mencintaimu
 sesederhana itu”

“Aku mengerti Cynthia, Terimakasih banyak, kali ini aku tidak akan melepaskan mu lagi, aku berjanji.”

0 komentar:

Posting Komentar