“Dua
tahun yang lalu kita bertemu dan berkenalan ditempat ini.”
“Kau
masih mengingatnya?”
“Tentu
saja, pertama kalinya ku melihat seorang gadis yang sedang asyik menikmati
secangkir kopi sambil menyaksikan matahari terbenam ditempat ini.”
Matahari
terbenam saat itu sangat indah ditambah aku menyaksikannya tidak sendiri
melainkan dengan seseorang yang sangat berarti dalam hidupku, Wiliam. Namun
setelah hari itu Wiliam berubah, ia jarang memberikan kabar, ia sering
menghilang begitu saja, aku hanya bisa bersabar menunggu dan berdoa agar tidak
terjadi apapun dengannya. Pernah ku coba tanyakan padanya mengapa belakangan
ini ia seperti itu.
“Wil,
apakah kau sangat sibuk akhir-akhir ini?”
“Ada
apa memangnya?”
“Tidak
ada apa-apa, namun kau sudah jarang bahkan tidak pernah memberikan kabar
padaku.”
“Maafkan
aku tapi aku sangat sibuk dengan pekerjaanku”
“Tidak
Wil, harusnya aku yang meminta maaf karena sudah berkata seperti itu.”
“Baiklah,
sudah dulu ya aku masih ada urusan,akan ku tutup teleponnya, bye.”
Tak
ada perubahan sedikitpun darinya, ia tak pernah memberiku kabar seperti dulu.
Dua bulan berlalu sudah, Wiliam mangajak ku bertemu karna ada yang ingin
dibicarakan. Sambil menunggu matahari terbenam ditempat pertama kali kita
bertemu Wiliam menceritakan bahwa keluarganya tidak setuju dengan hubungan
kami. Aku sangat terkejut mendengarnya, masih tidak percaya dengan apa yang
Wiliam katakana.
“Maafkan
aku, sepertinya memang kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini.”
“Kau
yakin Wil, apa alasan keluargamu tidak menyetujui hubungan kita?”
“Entahlah,
pastinya aku tidak bisa menentang perkataan mereka.”
“Wiliam
boleh kah aku menunggu mu kembali, jika memang masih ada kesempatan untuk kita
bersama lagi.”
“Maaf
Cynthia aku harus segera pergi, jaga dirimu baik-baik ya, sampai bertemu lain
waktu.”
Wiliam
pergi meninggalkan ku menyaksikan matahari terbenam sendirian dan untuk pertama
kali matahari terbenam tidak seindah biasanya. Awalnya sulit untuk ku menerima
bahwa Wiliam tak lagi bersama ku, namun aku tidak boleh larut dalam kesedihan,
aku akan tetap menunggunya kembali. Akhirnya aku dapat menjalani hari ku
seperti biasa walaupun kadang aku masih merindukan Wiliam. Lima bulan sudah
Wiliam meninggalkan ku, aku menyempatkan diri untuk melihat matahari terbenam
walaupun kali ini aku tidak bersamanya. Ditemani secangkir kopi sore itu aku duduk
menikamti hembusan angin, tak jauh dari tempat ku berada ada seseorang yang
sepertinya aku kenal.
“Wiliam”
“Oh,
hai Cynthia”
“Kau
dengan siapa?”
“Oh
ya kenalkan ini Linda.”
“Hai,
Linda, kekasih Wiliam.”
“Hai,
Cynthia”
“Sayang
aku pergi kesana dulu ya.”
“Ok
kamu hati-hati ya sayang.”
Saat
Linda meninggalkan kami berdua Wiliam mulai membuka suara lagi.
“Cynthia,
ada yang ingin aku katakana.”
“Ada
apa?”
“Saat
itu aku tidak jujur padamu, sebenarnya bukan keluarga ku tidak setuju dengan
hubungan kita tapi…”
“Kau
bertemu dengan Linda dan jatuh cinta padanya.”
“Maafkan
aku tidak berkata yang sebenarnya pada mu, hanya itu yang ingin ku katakana.”
“Tidak
apa-apa Wil semua sudah terjadi dan berlalu, semoga kau selalu bahagia
dengannya.”
“Terimakasih
Cynthia, aku pergi dulu Linda menunggu ku, sampai bertemu di lain waktu.”
Matahari
pun mulai terbenam, untuk kedua kali matahari terbenam tidak seindah biasanya
dan aku tidak sendirian lagi, bulir air mata yang menemaniku saat itu. Malamnya
aku memutuskan membuat janji dengan Wiliam, aku masih penasaran dengan apa yang
sebenarnya membuat Wiliam lebih memilih Linda.
“Jadi
begini, aku merasa kita memiliki perbedaan yang sangat jauh dan aku tidak bisa
dengan hal itu, diriku mulai tidak nyaman saat kau mulai rewel menghubungi ku
menanyakan ku dimana dan dengan siapa atau sedang melakukan apa, aku juga
merasa terganggu dengan pesan-pesan mu yang setiap hari isinya hampir sama
mengingatkan ku makan istirahat dan lain-lain, lalu Linda lebih cantik
dibanding mu Cynthia.”
“Oh
jadi seperti itu, kau benar-benar jujur Wiliam.”
“Kau
meminta ku untuk mengatakan semuanya dan sejujurnya.”
“Maafkan
aku Wiliam jika sudah membuatmu sulit dan terganggu, maafkan jika aku belum
bisa jadi yang terbaik. Sudah malam dan sepertinya akan turun hujan, aku duluan
ya, bye.”
“Biarkan
aku mengantar mu pulang.”
“Terimakasih
tapi aku bisa sendiri.”
Suara langkah ku padam oleh derasnya hujan dan air mata ku menetes bersama hujan yang mengguyur malam.
0 komentar:
Posting Komentar